[Fan Fiction] Colors of Life – Part 3

Part 3 : Sayonara, Papa.

Akhirnya aku selesai ujian. Fiuuh.. Antara senang dan kacau. Senang karena aku akan naik kelas. Kacau karena aku nggak yakin bakal naik kelas atau tidak. Mama dan Papa sih bilang “Ayumi pasti bisa!!”. Hhh.. Entahlah, yang pasti aku sudah berusaha.

Hari ini aku akan bertemu Papa lagi. Papa belakangan ini cukup sering bertemu. Agak tumben sih karena biasanya aku bertemu Papa Cuma di Sabtu atau Minggu. Kalau tidak salah, sejak Papa tahu Heechul datang, dia lebih sering menemuiku. Entah itu untuk menjemputku pulang dari sekolah atau cuma mampir membawakan coklat kesukaanku. Ah iya, kenapa aku jarang ketemu Papa? Hmm..aku tidak suka mengatakannya sebenarnya. Papa dan Mama sudah tidak bersama sejak, hmm..sekitar tahun lalu.

Aku masih ingat waktu itu..

================================

“Ayumi paling suka makan apa?”, tanya Papa.

“Eh kenapa memangnya?”, tanyaku balik.

“Karena hari ini Ayumi sudah berusaha keras menyelesaikan ujian, Papa mau memberi hadiah makanan yang paling Ayumi suka”.

“Hmm..apa ya? Apa kita mau beli makanan di restoran?”, aku memamerkan gigiku.

“Ahahaha, Ayumi mau makan di restoran ya?”

“Hehehehe, iya. Papa, bagaimana kalau kita ke restoran Italia saja? Aku paling suka makan spaghetti bolognaise”.

“Ah, kalau cuma spaghetti, Papa bisa masak untuk Ayumi”.

“Hmm iya sih, benar juga ya. Hehehehe. Spaghetti Papa adalah spaghetti paling enak di dunia”.

“Ah, begitu ya?”, Papa tertawa kecil. “Kalau begitu, sekarang Papa akan masak spaghetti untuk Ayumi ya”.

“Ah benarkah? Senangnyaa..Kalau begitu, Mama juga harus masak telur untuk Ayumi”, jawabku.

Mama yang saat itu sedang membaca buku langsung menoleh dan berkata “Eh? Kenapa Mama juga harus masak?”.

“Karena Papa tadi  tanya Ayumi suka makan apa dan akan memberikannya. Dan aku paling suka spaghetti Papa dan telur buatan Mama”.

Papa dan Mama tersenyum. Mereka kemudian beranjak ke dapur dan langsung menyiapkan apa yang kupinta.

Aku tidak berpikir apa-apa saat itu. Sebagai anak usia 9 tahun, melihat Papa dan Mama memasak bersama adalah hal biasa yang menyenangkan bagiku. Aku sebenarnya ingin membantu, tapi..hehehe..aku malas sekali. Maka kubiarkan mereka berdua memasak. Yang agak aneh saat itu, biasanya Mama suka agak ribut kalau Papa masak, (Bukan karena Papa tidak bisa masak. Seperti yang kubilang, Spaghetti Papa adalah spaghetti paling enak sedunia) Tapi Papa memasak dengan sangat berantakan dan Mama suka ribut menyuruh Papa untuk mengelap bekas minyak yang menetes sementara Papa berkata kalau dia masih sibuk mengaduk saus spaghetti di wajan.

Tapi waktu itu berbeda. Mereka masak dengan amat tenang. Papa yang biasanya sambil memasak suka menyuruh-nyuruh Mama “Mama, ambilkan aku handuk, Papa keringetan nih!” lalu kemudian Mama menjawab sambil tertawa “Papa, kau bukan anak kecil lagi. Ambillah sendiri!” , kali itu tidak berkata apa-apa. Bahkan saat Mama dan Papa hendak mengambil pisau bersamaan, mereka dengan kompaknya berkata “Aah, maafkan aku”.

Kami makan di meja makan. Mama tak lupa menyiapkan sumpit kesukaanku yang berwarna biru dan hijau itu.

“Mama, Papa, hari ini aku senang sekali lhoo..”.

Papa agak terkejut tapi berhasil menutupinya dan berkata “Oh ya? Kenapa? Ah Papa tau, karena masakan Papa enak sekali kan?”.

“Ehehehehehe, Ya. Itu betul. Karena aku bisa makan dua makanan paling enak sedunia”.

“Ayu chan, makannya dihabiskan dulu baru bicara”, ujar Mama memotong.

“Ah, iya Mama”.

Walaupun aku sebenarnya masih sangat ingin menyampaikan kebahagiaanku memakan spaghetti dan telur paling enak sedunia itu, aku menuruti kata Mama.

Setelah makan, aku kembali mengatakannya..

“Mama dan Papa seperti ini doong, sering-sering masak spaghetti dan telur untukku!”, kataku sambil tersenyum lebar.

Kali ini Papa terlihat berusaha lebih keras menutupi keterkejutannya. Ia lalu berkata “Ahahaha, Ayumi chan benar-benar suka makanan ini ya? Tapi kalau Mama dan Papa sering memasaknya, Ayumi tidak makan sayur dong!”.

“Ehehehehe. Iya sih, tapi tidak apa-apa kan. Karena sayur itu tidak lebih penting daripada makanan paling enak yang dibuat Mama dan Papa bersama-sama”, aku tertawa bertambah lebar.

Sementara Papa sudah berhasil menutupi keterkejutannya, Mama masih agak kaget dan diam di meja makan. Tiba-tiba..

“Ayumi..Gomennasai nee. Hontou ni gomennasai nee.. Mama benar-benar meminta maaf”, Mama langsung memelukku erat sekali sambil menangis. Benar-benar menangis. Mama, yang tidak pernah kulihat menangis itu tiba-tiba langsung tersedu-sedu.

Aku bingung setengah mati. Kulihat Papa dengan wajah bingung. Papa kemudian menghampiriku dan mengusap kepalaku. Diusapnya juga kepala Mama dengan penuh kelembutan. “Tidak apa-apa Ayumi, Mama hanya sedang sedih”.

Mama masih terus menangis.

Mendengar tangis Mama yang tidak berhenti, aku menjadi berkaca-kaca.

“Papaaa…”, aku melihat Papa sambil mengharapkan jawaban.

Tapi Papa kembali hanya berkata “Tidak apa-apa Ayumi, Mama hanya sedang sedih”.

Selanjutnya kalian bisa menebak apa yang terjadi.

Ya. Papa keluar dari rumah dan tinggal di apartemen miliknya.

==============================

Papa hari ini menjemputku dengan sepeda! Ya kali ini dengan sepeda! Aku langsung tertawa melihat Papa dengan sepedanya.

“Hari ini special hari Sepeda dengan Ayumi. Tujuan kita hari ini Rahasia!”.

“Ahahahha.. Asiiik..kita jalan-jalan ya hari ini! Ah Papa di mana tujuan Rahasia?”.

“Hey Hamasaki Ayumi! Apakah kau tahu kalau rahasia itu berarti tidak boleh diberi tahu?”.

“Hihihihihi..Baiklaah.. Ayo kita jalan-jalan!”

“Ah, tapi sebelum itu Papa mau tanya. Kau sudah bilang Mama akan jalan-jalan dengan Papa kan!”

“Yes off course, Mister!”.

“Baiklah. Good daughter! Let’s Go!!”.

Papa langsung menaiki sepedanya dengan ngebut. Aku suka sekali bersepeda dengan Papa karena Papa adalah jagoan sepeda nomor 1 di dunia. Papa pernah bercerita bahwa sebetulnya ia pernah bercita-cita menjadi atlet sepeda. Tapi karena harga sepeda bagus mahal sekali, Papa mengganti cita-citanya menjadi chef Italia yang handal. Tapi kemudian karena untuk belajar di Italia mahal sekali, Akhirnya Papa menjadi wartawan olahraga. Katanya “kalau aku menjadi wartawan, aku bisa meliput perlombaan sepeda di Italia!”. hehehehe

Kami jalan-jalan dengan gembira. Makan coklat, es krim, beli pensil baru, bahkan Papa membelikanku sepatu baru. Lucunya ukuran sepatunya adalah 3 nomor di atasku. Ketika kutanya kenapa. Papa menjawab “Anggap saja ini tabungan kalau nantinya Papa akan sulit membelikanmu sepatu lagi”.

Aku suka lupa bahwa sebenarnya Papa adalah orang yang serius. Tapi ia orang yang juga terlalu lembut. Jadi ia selalu menyampaikan ucapannya dengan senyuman sehingga aku tak tahu apakah itu adalah hal yang menyedihkan atau suatu gurauan. Menurut kalian bagaimana? Tidak tahu? Baiklah akan kuceritakan kelanjutannya.

 Hari sudah menunjukkan jam 18.30 tapi Papa tidak menunjukkan tanda kelelahan sedikitpun mengayuh sepedanya. Papa juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengantarkanku pulang ataupun mengajakku menginap di apartemen. Kemudian Papa memarkir sepedanya di depan satu restoran. Aku turun dari sepeda Papa dan merangkul Papa. Papa balik merangkulku dan berkata “Kita akan makan malam di sini. Ayumi suka kan makanan di sini”.

Kami masuk ke restoran. Pelayan di depan bertanya “Sudah pesan tempat, Pak?”.

Papa menjawab “Ya, sudah. Hamasaki. Untuk 3 orang”.

Aku bertanya “Papa, kita hanya berdua. Siapa yang akan datang?”.

Papa hanya tersenyum. Aku tidak suka Papa tersenyum. Itu berarti akan ada hal penting yang ingin dikatakannya. Yang kubayangkan saat itu adalah Papa akan mengenalkan seorang wanita.

Tapi ternyata tidak, yang datang kemudian adalah Mama.

Konbanwa Yuri..Apa kabar?”, sapa Papa kepada Mama.

Konbanwa.. Baik. Kau bagaimana?”, ujar Mama.

Walaupun aku sering bertemu Papa, tapi bisa dikatakan ini adalah pertemuan pertama mereka setelah pengadilan resmi mengeluarkan surat perceraian mereka.

Tanpa basa basi, Papa langsung memesan makanan dan tanpa basa basi pula aku langsung melahap makanan.

Kemudian, terjadilah percakapan yang kembali mengubah jalan hidupku.

“Ayumi pasti kaget ya melihat Mama datang?”, tanya Papa.

“Eh, iya.. Kalian kan sudah lama tidak bertemu”, kataku pelan. Bagiku saat itu, perceraian, seberapapun lamanya hal itu sudah terjadi, adalah hal yang sangat menyakitkan bagiku.

“Maafkan Papa dan Mama ya, sudah berulang kali membuat repot Ayumi”, kata Papa. “Ayumi masih 10 tahun tapi menjadi bagian dari masalah yang dibuat Papa dan Mama”.

Aku terkejut. Papa benar-benar bicara serius padaku.

“Tapi Papa pikir, Ayumi adalah anak yang pintar. Jadi Papa mengandalkan Ayumi untuk yang satu ini”.

Aku masih terkejut. Kemudian Mama membuka dompetnya dan menyerahkan satu kartu. Di kartu itu bertuliskan :

Nama : Kim Gyuri

T.T.L : Busan, 28 Januari 1971.

Alamat : xxxxxxxxxxxx (maaf aku tidak bisa menuliskannya)

Pekerjaan : Istri dari Hamasaki Ryoutarou . Journalist di xxxxxxxxxx- (maaf aku tidak bisa menuliskannya lagi)

Aku bingung. “Apa ini?”.

Papa masih meneruskan inisiatif untuk menjawab “Itu milik Mama”.

Aku tambah bingung. Kulihat foto yang ada di kartu itu. Mirip Mama. Aku berdegup kencang, “Kim Gyuri?”, tanyaku perlahan sambil menatap Mama.

Tidak seperti dulu ketika Mama langsung menangis memelukku. Kali ini Mama mencoba menatapku walaupun dengan mata berkaca-kaca. Papa memegang tangan Mama yang berada di atas meja. Setelah menatap Papa yang tersenyum sedih, Mama berkata padaku. “Ya, Ayumi. Kim Gyuri”.

“Tapi kupikir nama Mama adalah Hamasaki Yuri”, kataku masih bingung.

Papa menjawab dengan hati-hati, “Hamasaki nama Papa dan nama Ayumi. Dan memang nama Mama juga. Tapi itu dulu, sebelum Mama dan Papa tidak bersama lagi. Dan Yuri,. Sesungguhnya adalah Gyuri. Hanya saja Papa dulu lebih suka memanggil Mama dengan nama Yuri”.

Aku merasa tertipu. Dengan perasaan campur aduk antara bingung, kesal, dan sedih, aku bertanya “Lalu?”.

Kali ini Mama yang menjawab “Karena tidak bersama Papa lagi, Mama harus kembali. Karena di sini pun Mama tidak ada pekerjaan yang bisa mencukupi keperluan Ayumi dan Mama”.

Aku tidak perlu bertanya lagi, kemana tempat yang disebut Mama dengan sebutan ‘Kembali’ itu. Aku bertanya sambil menahan tangis “Tapi selama ini, Mama masih bisa tinggal di sini kan?”.

“Ya, itu memang betul, sayang”, jawab Papa. Mama sepertinya sudah bingung akan menjawab apa. “Tapi Mama di sini sebagai turis, dan tidak mungkin kan menjadi Turis untuk selamanya”, Papa mencoba bercanda denganku.

Itu tidak lucu dan Aku tambah ingin menangis “Lalu, Ayumi akan di sini dengan Papa saja? Ayumi mau sama Mama”, air mataku sudah mulai keluar.

Kupikir ternyata Papa dan Mama sudah beberapa kali bertemu sebelum ini. Sepertinya mereka merencanakannya dengan sangat hati-hati. Juga dengan sangat hati-hati mengatakannya di hari terakhir ujianku. Kemudian aku diajak jalan-jalan. Dibelikan macam-macam. Karena kemudian di luar dugaanku, Papa menggenggam tanganku, menatap mataku, dan melakukan hal yang tidak kusukai yaitu tersenyum, dan berkata ….

“Tidak. Ayumi akan ikut Mama ke Korea”.

To Be Continued …………….

Haii maaf yang menunggu *emang sapa yang nungguin, Pat?*. Kali ini tidak ada si heechul karena aku ingin menuntaskan kisah Ayumi di Jepang. Hayoo ada yang mau request apa yang akan mereka lakukan di Korea? Silahkan.. Bagi pembaca yang idenya asoy, akan ditampung ide ceritanya..  Jangan lupa komen dan tunggu part berikutnya yaa..

Photo Source : Cassidy_Meow@deviantart

SEE ALSO : Part 1 & Part 2

About opat

I am not a martian. I guess so.

Posted on June 23, 2011, in Fan Fiction and tagged , . Bookmark the permalink. 4 Comments.

  1. lah, kalo ayumi & mamanya mau pindah ke korea kenapa ichul ke jepang atuh??
    trus kalo ayumi & mamanya jadi pindah ke korea, ichul dibawa balik ke korea lagi ga?? kalo iya, trus buat apa dong dia belajar bahasa jepang??

    gw sih ngarepny karakter ichul nantinya ga “biasa” ya… hehehe… tapi juga berbeda sama karakter ichul sebagai pria berdarah AB yg kita tau sekarang… ;P

  2. part 1 sama 2 nya mana ? aku blum sempet baca 😦

  3. woo- author lama amat lanjutannya u,u
    aku ngga dong author- pertamanya ayumi tu di jepang kan? lah trs heechul itu ke jepang? trs ntar heechul ikut ke korea? mian aku br ngga konek 😛
    ayo thor- lanjutannya yg cepet-! buat ide cerita aku ngga bs bantu, org crt buat ffku sndiri aja mampet *cakar2 tanah* (?) 😀

  4. missjutek : Kenapa namanya jadi ichul? hehehehe..ini pembaca banyak maunya.heheheh..iya semoga saya punya ide untuk menjawabnya *dikeplak*

    kimsyun : itu ada say, link-nya di bagian “SEE ALSO”, silahkan membaca yaaa 🙂

    weaweo : sabar..sabar.. hehehehe.. yang nulis sibuk..hehehehe *dilempar meja*

Leave a reply to opathebat Cancel reply